Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:
Di bawah ini kami ketengahkan sebuah cuplikan dari sejarah hidup seorang tokoh dan pahlawan umat Islam, seorang shahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang mulia, agar kita bisa mengambil pelajaran dan ibroh dari perjalanan hidupnya.
Shahabat Rasulullah ini mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah, seperti perang Badar, Uhud dan perang Khandak serta berbagai perang lainnya yang sangat menentukan dalam sejarah kaum muslimin. Beliau tidak pernah berpisah dengan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam baik saat berada dalam negeri atau keluar musafir. Beliau lahir dua tahun enam bulan setelah tahun gajah, beliau telah meminpin para shahabat shalat berjama’ah saat sakitnya Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sebelum wafatnya beliau. Dia termasuk orang yang paling dicintai oleh Beliau, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam menikahi anaknya, dan dia termasuk orang yang pertama masuk Islam dari kalangan kaum lelaki, dan salah seorang tokoh yang diberi kabar gembira memasuki surga serta dia adalah orang terbaik dari golongan umat Islam setelah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Dialah orang yang pernah menemani Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam saat bersembunyi di dalam gua, dan beliau telah mendapat kemuliaan bisa menemani Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam pada peristiwa hijrah dan Allah subhanahu wa ta’ala telah menurunkan sebuah ayat yang tetap akan didengungkan sampai hari kiamat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua” . (QS. Al-Taubah: 40).
Umar Ibnul Khattab berkata, “Seandainya keimanan Abu Bakr ditimbang dengan keimanan seluruh umat ini maka akan lebih berat keimanan Abu Bakr”. Dia adalah orang yang jujur dari umat ini. Namanya adalah Abdullah bin Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Amru Al-Qurasy dan umat ini telah sepakat untuk memberikan gelar padanya dengan kata ash-Shiddiq, sebab dialah orang yang segera membenarkan Nabi Muhammad SAW dan Aisyah pernah berkata tentang bapaknya, “Bapakku orang yang berkulit putih, langsing dan berpipi tipis, sedikit bungkuk dan bermata cekung”.
Banyak hadits Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam yang menjelaskan tentang keutamaan pribadi shahabat ini, dia adalah manusia terbaik di kalangan umat Islam setelah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Di antara hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan shahabat Abu Bakr ash-shiddiq adalah sebuah hadits di dalam kitab shahih Muslim dari riwayat Aisyah menjelang akan wafatnya Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam: “Pangillah Abu Bakr, bapak dan saudaramu, sehingga aku menulis sebuah pesan, sungguh aku khawatir jika ada orang yang berangan-angan dan seseorang berkata: Aku yang lebih utama dan Allah dan orang-orang yang enggan beriman kecuali kepada Abu Bakr”.[1]
Para ulama berkata, “Di dalam hadits ini dijelaskan bahwa Ashiddiq adalah shahabat yang paling utama secara umum, dan orang yang paling berhak mendapatkan tampuk khilafah dan orang yang paling utama mengimami kaum muslimin.
Dirwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahih keduanya disebutkan pada sebuah riwayat dari Abi Sa’id Al-Khudri RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku percayai untuk menjaga harta dan persahabatannya serta diriku adalah Abu Bakr, seandainya aku boleh memilih kekasih bagi diriku maka aku akan memilih nya sebagai kekasihku, namun persaudaraan dalam Islam dan janganlah engkau meninggalkan di dalam mesjid pintu apapun kecuali pintu Abu Bakr”.[2]
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi di dalam kitab sunannya dari Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammadshalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada seorangpun yang telah mengulurkan bantuannya kepada kami kecuali kami telah membalasnya dengan balasan yang cukup kecuali untuk Abu Bakr, sesungguhnya dia memiliki jasa yang akan dibalas oleh Allah pada hari kiamat, dan tidak ada harta seorangpun yang memberikan manfaat bagiku melebihi manfaat harta Abu Bakr, seandainya aku boleh mengangkat seorang kekasih maka aku akan mengangkat Abu Bakr sebagai kekasihku, dan ketahuilah bahwa shahabat kalian (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam) ini adalah kekasih Allah”.[3]
Dan setelah Abu Bakr RA masuk Islam dia telah menginfaqkan empat puluh ribu untuk kepentingan shadaqah dan memerdekakan budak.
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi dari Umar Ibnul Khattab berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallammemerintahkan kita untuk bersedeqah, saat itu aku memiliki harta maka aku berkata, “Pada hari inilah aku akan mengungguli Abu Bakr, semoga aku mengunggulinya pada pada hari ini”. Maka akupun mengambil setengah hartaku, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?. Aku menjawab: Sejumlah yang aku shedeqahkan”. Lalu Abu Bakr datang dengan membawa seluruh hartanya dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Bakr, apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?. Dia menjawab: Aku meninggalkan Allah dan Rasul -Nya. Lalu Umar berkata: Demi Allah aku tidak bisa mengunggulinya dalam kebaikan untuk selamanya”.[4]
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi di dalam kitab sunannya dari Abi Sa’id RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya orang-orang yang berada pada tingkatan tertinggi di surga, akan melihat orang yang ada di bawahnya sebagaimana kalian melihat bintang yang terbit di ufuk langit dan sungguh Abu Bakr bersama Umar termasuk penghuni keduanya dan alangkah nikmatnya mereka berdua”.[5]
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi dari hadits Anas bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallambersabda kepada Abu Bakr dan Umar, “Dua orang ini adalah pemimpin para penghuni surga yang dewasa baik generasi yang terdahulu atau yang akan datang kecuali para Nabi dan Rasul”.[6]
Beliau telah memegang tampuk khilafah negara Islam setalah wafatnya Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dan masa jabatannya adalah dua tahun tujuh bulan. Dan pada saat bangsa Arab goncang oleh kemunafiqan, sementara orang-orang Anshor juga tidak bisa berbuat banyak untuk membantu beliau, Aisyah berkata: “Seandainya gunung yang kokoh tertimpa dengan apa yang menimpa Abu Bakr maka dia akan hancur lebur”. Dan Abu Bakr pernah berkata pada saat yang genting tersebut: Aku akan memerangi orang yang membedakan antara shalat dan zakat, sebab zakat adalah hak harta, demi Allah seandainya mereka enggan mengeluarkan zakat hewan yang mereka tunaikan pada zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam maka aku pasti memerangi mereka karena keengganan mereka menunaikan zakat”.[7]
Para ulama berkata, “Allah telah menjaga agama ini dengan dua orang lelaki yaitu Abu Bakr pada saat dia memerangi orang-orang yang keluar dari Islam dan Ahmad bin Hambal pada saat terjadinya fitnah Jahmiyah.
Al-Qur’an dikumpulkan pada masanya, dan Ali bin Abi Thalib berkata; Orang yang paling banyak pahalanya dalam mengumpulkan Al-Qur’an adalah Abu Bakr.
Aisyah RA berkata, “Permulaan sakitnya Abu Bakr adalah pada saat beliau mandi pada hari senin pada hari ketujuh dari jumadil akhir, hari itu cuaca sangat dingin, maka dia sakit selama lima belas hari yang menyebabkan dirinya tidak keluar untuk shalat berjamaah, banyak para shahabat yang menjenguknya pada saat dia sakit, dan mereka pernah berkata: Bolehkah kami memanggil seorang tabib untuk melihat apa yang engkau derita?. Abu Bakr menjawab; Dia telah melihatku, para shahabat bertanya; Apa yang dia katakan?. Dia berkata: Sesungguhnya semua kehendak -Ku pasti terlaksana seperti apa yang Aku inginkan”. Aisyah berkata: Pada saat rasa sakit yang menimpa bapakku telah kritis aku menyenandungkan bait syair di bawah ini:
Sungguh kekayaan tidak memberikan apapun bagi seseorang
Apabila nafas kematian sudah terdengar dan dada menyempit
Lalu dia membuka wajahnya dan berkata, “Bukan itu wahai anakku akan tetapi bacalah firman Allah:
Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. (QS. Qaaf: 19)
Kemudian dia berkata, “Lihatlah pada pakaianku ini dan cucilah dia lalu kafanilah aku dengannya sesungguhnya orang yang masih hidup lebih butuh pada yang baru dari pada orang yang telah mati, dan dia mewasiatkan agar dikuburkan disamping kuburan Rasulullah SAW. Lalu setelah dia wafat maka kepalanya disejajarkan dengan pundak Rasulullah SAW dan menempelkan lahadnya dengan kubur Rasulullahshalallahu ‘alaihi wasallam.
Semoga Allah meredhai Abu Bakr dan memberikan ganjaran yang lebih baik dari jasa-jasanya di dalam Islam dan kaum muslimin serta mengumpulkan kita di dalam surga yang mulia bersama para Nabi, orang-orang yang jujur dan para syuhada serta orang-orang yang shaleh dan mereka itulah sebaik-baik teman.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
Oleh: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous