Sekitar tahun 1500 seorang Bupati Majapahit bernama Raden Patah, yang berada di Demak dan memeluk agama Islam terang-terangan memutuskan hubungan dengan Majapahit. Dengan bantuan daerah-daerah lainnya di Jawa Timur yang sudah Islam seperti Tuban, ia mendirikan Kerajaan Islam dengan Demak sebagai pusatnya.
Dalam waktu singkat, lebih-lebih karena jatuhnya Malaka ketangan Portugis pada tahun 1511. Demak mencapai kejayaannya. Daerah-daerah pesisir di Jawa Tengah dan Jawa Timur mengakui kedaulatannya dan mengibarkan panji-panjinya. Terutama putranya, Pati Unus, yang menjabat adipati di Jepara, sangat giat membantu usaha ayahnya, yaitu memperluas dan memperkuat kedudukan kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam. Ketika Raden Patah wafat tahun 1518, Pati Unus menggantikannya menjadi Sultan, tetapi 3 tahun kemudian iapun meninggal. Ia terkenal juga dengan nama Pangeran Sebrang Lor.
Penggantinya adalah Pangeran Trenggono yang memerintah sampai tahun 1546. Seorang ulama terkemuka dari Pase bernama Fatahillah, yang sempat melarikan diri dari kepungan Portugis diterima oleh Trenggono. Fatahillah ini, ia nikahkan dengan adiknya sendiri, dan ia ternyata adalah orang yang dapat melaksanakan menghalangi kemajuan orang Portugis dengan merebut kunci-kunci perdagangan kerajaan Pajajaran di Jawa Barat, yaitu Banten dan Cirebon.
Pada tahun 1527 orang-orang Portugis berhasil dikalahkan oleh Sunda Kelapa/Jayakarta yang sudah mengakui kedaulatan Fatahillah di Banten. Sementara itu, Trenggono berhasil menaklukkan Mataram dan Singhasari. Dalam usahanya menaklukkan Pasuruan Pangeran Trenggono gugur.
Dengan wafatnya Pangeran Trenggono timbullah perebutan kekuasaan antara adik Trenggono dan anak Trenggono. Adik Trenggono segera terbunuh di tepi sungai, maka itu terkenal dengan nama Pangeran Sekar Seda ing Lepen, tetapi anak Trenggono, Pangeran Prawoto beserta keluarganya kemudian dibinasakan oleh anak Sekar Seda ing Lepen tadi, yang bernama Arya Penangsang.
Arya Penangsang ini sangat kejam sehingga tidak ada orang yang suka melihat ia diatas tahta kerajaan Demak. Kekacauan memuncak ketika Adipati Jepara yang sangat besar pengaruhnya dibunuh oleh Arya Penangsang. Istri Adipati tersebut yang terkenal sebagai Ratu Kalinyamat dan ia berhasil menggerakkan adipati-adipati lainnya menentang Arya Penangsang.
Seorang diantara adipati-adipati ini adalah Adiwijoyo, yang terkenal dengan Joko Tingkir. Ia adalah menantu Sultan Trenggono dan berkuasa di Pajang. Di dalam pertempuran-pertempuran yang timbul itu, Joko Tingkir berhasil membinasakan Arya Penangsang dan Keraton Demak ia pindahkan ke Pajang (1568). Dengan tindakan ini maka habislah riwayat Kerajaan Demak. (Sumber: Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous