Penduduk Babilonia maupun Palestina ketika itu adalah penyembah berhala, sedangkan Nabi Ibrohim u adalah putera dari Azar yang merupa-kan salah seorang pembuat berhala. Namun dengan petunjuk dari Alloh, Na bi Ibrohim u diselamatkan oleh Alloh ta’ala dari mengikuti agama bapak-nya maupun kaumnya.
Ketika beranjak dewasa, Nabi Ibrohim u berdialog dengan ayah-nya dan kaumnya seputar pemujaan berhala yang dilakukan oleh kaumnya :
“Dan Sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrohim hidayah kebe naran sebelum itu, dan adalah Kami mengetahui ( keadaan )-nya. Ingatlah ke tika Ibrohim berkata kepada bapaknya dan kaumnya : “Patung-patung apa- kah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya ?” Mereka menjawab : “Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.” Ibrohim berkata : “Sesung-guhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.” Mereka menjawab : “Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main ?” Ibrohim berkata : “Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi Yang telah menciptakannya dan aku termasuk orang-orang yang dapat mem berikan bukti atas yang demikian itu.” Demi Allah, Sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya te
Begitu alasan bapaknya dan kaumnya ketika ditanya oleh Ibrohim u ten-tang berhala-berhala yang mereka sembah. Yaitu mereka hanya ikut-ikutan tradisi nenek moyangnya tanpa tahu alasan ilmiahnya. Kemudian Nabi Ibro-him u menjelaskan bahwa satu-satunya sesembahan yang berhak disem-bah hanya Alloh, karena hanya Dia Yang telah menciptakan langit dan bu-mi. Sedangkan berhala-berhala yang disembah itu tidak punya andil apa pun dalam penciptaan langit dan bumi.
Dalam ayat yang lain disebutkan :
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrohim, ketika ia berkata kepada ba-paknya dan kaumnya : “Apakah yang kalian sembah ?” Mereka menjawab : “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembah- nya.” Berkata Ibrohim : “Apakah berhala-berhala itu mampu mendengar ( do’a ) kalian sewaktu kalian berdoa ( kepadanya ) atau ( dapatkah ) mereka memberi manfaat kepada kalian atau memberi mudhorot ?” Mereka menja- wab : “( Bukan karena itu ) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian.” Ibrohim berkata: “Maka Apakah kalian telah memperha-tikan apa yang selalu kamu sembah, yaitu kalian dan nenek moyang kalian yang dahulu ? Karena Sesungguhnya apa yang kalian sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam Yang telah menciptakan aku, maka Dia-lah yang menunjuki aku, Yang memberi makan dan minum kepadaku,. dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan me-matikan aku, kemudian akan menghidupkan aku ( kembali ), dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.”
( Qs. Asy-Syu’aro’ : 69 – 82 )
Demikian keadaan kaum yang bodoh, karena ketika mereka mengetahui bah wa berhala-berhala tidak mampu mendengar seruan do’a mereka, tetapi me-reka tetap tekun menyembahnya dan meminta kepadanya. Semua itu mereka lakukan semata-mata karena taqlid ( mengekor ) tradisi nenek moyang mere-ka yang bodoh. Oleh karena itu Ibrohim u menyatakan dengan lantang bahwa semua sesembahan kaumnya adalah musuhnya, kecuali Alloh ta’ala. Hal ini menunjukkan bahwa kaumnya pun menyembah Alloh, hanya saja mereka tidak memurnikan penyembahannya kepada Alloh, tetapi malah me-nyekutukan-Nya dengan berhala-berhala warisan nenek moyangnya. Karena itulah mereka disebut dengan kaum musyrikin yaitu orang-orang yang me-nyekutukan Alloh.
Dalam ayat yang lain disebutkan :
“Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya : “Apakah yang kalian sembah itu ? Apakah kalian menghendaki sembahan-sembahan yang dusta, selain Alloh ? Maka Apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam ?” ( Qs. Ash-Shoffat : 85 – 87 )
Dalam perkataan Ibrohim u ini terdapat pelajaran bahwa sesembahan se-lain Alloh ‘azza wa jalla adalah sesembahan yang batil yang diada-adakan se-cara dusta oleh syetan dan kaum musyrikin. Di lain sisi, kaum musyrikin me-ngetahui bahwa hanya Alloh ta’ala saja yang telah menciptakan langit dan bu mi. Namun syetan berhasil memperdaya manusia sehingga membuat sesem-bahan-sesembahan yang lain selain Alloh ta’ala. Bagaimana mungkin seo-rang manusia yang tercipta sempurna mesti menyembah dan menggantung-kan jiwa dan nasibnya kepada benda mati yang tak bernyawa. Bahkan kepa-da patung, berhala dan sejenisnya yang pada hakekatnya manusia itu sendiri yang membuatnya, lalu mereka menyembahnya. Maka ini adalah kedustaan yang terang dan kebodohan yang nyata.
Sama halnya dengan sebagian kalangan kaum muslimin pada hari ini yang masih mempercayai jimat, pusaka, rajah, susuk dan benda-benda kera-mat lainnya. Padahal itu semua adalah benda mati, dan sebagian besarnya di buat sendiri oleh manusia. Lebih mulia mana antara makhluk yang bernyawa dengan benda-benda mati yang mereka puja ? Lebih sempurna mana antara pembuat dan buatannya ? Bisakah diterima dengan akal yang sehat bila ma-nusia yang lebih mulia menyembah makhluk yang lebih rendah, bahkan bua-tan mereka sendiri ?!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous