Kekuatan fisik dan kepintaran otak kaum ‘Aad menyebabkan mere-ka melecehkan da’wah tauhid yang diserukan oleh Nabi Hud u , sebagai-mana disebutkan dalam Al-Qur’an :
وَقَالَ الْمَلأُ مِن قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاء الآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
مَا هَذَا إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ
وَلَئِنْ أَطَعْتُم بَشَرًا مِثْلَكُمْ إِنَّكُمْ إِذًا لَّخَاسِرُونَ
“Dan berkatalah pemuka-pemuka di antara kaumnya yang kafir, yang men-dustakan pertemuan pada hari akhirat dan yang telah Kami mewahkan mere ka dalam kehidupan di dunia: “( Orang ) ini tidak lain hanyalah manusia se-perti kalian, dia makan dari apa yang kalian makan, dan meminum dari apa yang kalian minum. Dan sesungguhnya jika kalian mentaati manusia yang se perti kalian, niscaya bila demikian, kalian benar-benar ( menjadi ) orang-orang yang merugi.” ( Qs. Al-Mu’minun : 33 – 34 )
Kekuatan dan kepandaian yang mereka miliki yang mampu membuat ben-teng-benteng yang kokoh menjadikan mereka yakin akan aman dari adzab Alloh, sebagaimana disindir dalam Al-Qur’an:
وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ
“ Dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal ( di dunia ) ?” ( Qs. Asy-Syu’aro’ : 129 )
Sehingga mereka mengingkari adanya perhitungan amal di hari akhir. Mere-ka dengan sombong berkata :
أَيَعِدُكُمْ أَنَّكُمْ إِذَا مِتُّمْ وَكُنتُمْ تُرَابًا وَعِظَامًا أَنَّكُم مُّخْرَجُونَ هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ إِنْ هُوَ إِلا رَجُلٌ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا
وَمَا نَحْنُ لَهُ بِمُؤْمِنِينَ
“Apakah ia menjanjikan kepada kalian, bahwa bila kalian telah mati dan te-lah menjadi tanah dan tulang belulang, kalian sesungguhnya akan dikeluar- kan ( dari kubur ) ? Jauh, jauh sekali ( dari kebenaran ) apa yang diancamkan kepada kamu itu, karena kehidupan itu hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup ( di sini ), dan kita tidak akan dibangkitkan. Ia tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan atas nama Alloh, dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya”.
( Qs. Al-Mu’minun : 35 – 39 )
Dalam ayat-ayat di atas, sangat jelas penghinaan kaum ‘Aad terhadap da’wah Nabi Hud u . Meskipun demikian, sesungguhnya kaum ‘Aad juga menga-kui bahwa mereka diciptakan oleh Alloh, bahkan mengakui bahwa Alloh ada lah Tuhan mereka, namun keimanannya itu tidak bermanfa’at bagi mereka karena telah tercemar oleh kesyirikan yang mereka lakukan yaitu dengan me-nyembah kepada berhala-berhala, dan kekafirannya dengan mengingkari hari Qiyamat. Mereka berkata :
إِنْ هَذَا إِلا خُلُقُ الأَوَّلِينَ وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ
“Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang yang terdahulu, dan kami ti-dak akan pernah diadzab.” ( Qs. Asy-Syu’aro’ : 137 – 138 )
Bahkan mereka berkata :
قَالُواْ يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَن قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ
إِن نَّقُولُ إِلاَّ اعْتَرَاكَ بَعْضُ آلِهَتِنَا بِسُوَءٍ
“Kaum ‘Ad berkata: “Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sesem-bahan-sesembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa seba-gian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.”
( Qs. Hud : 53 – 54 )
Demikian kedustaan kaum ‘Aad dengan memfitnah dan menakut-nakuti Na bi Hud u dengan berhala-berhala mereka yang dapat menimpakan musi-bah atau keburukan kepada Nabi Hud u . Maka Nabi Hud u menjawab :
قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللّهِ وَاشْهَدُواْ أَنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ مِن دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لاَ تُنظِرُونِ إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللّهِ رَبِّي وَرَبِّكُم مَّا مِن دَآبَّةٍ إِلاَّ هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقَدْ أَبْلَغْتُكُم مَّا أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَيْكُمْ وَيَسْتَخْلِفُ رَبِّي قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلاَ تَضُرُّونَهُ شَيْئًا إِنَّ رَبِّي عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ
” Hud menjawab : “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Alloh, dan saksikan- lah oleh kalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu daya kalian terha-dapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Alloh Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguh- nya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kalian berpaling, maka sesungguh- nya aku telah menyampaikan kepada kalian apa ( amanat ) yang aku diutus ( untuk menyampaikan )-nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti ( ka- lian ) dengan kaum yang lain; dan kamu tidak dapat membuat mudharat ke- pada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara sega- la sesuatu.” ( Qs. Hud : 53 – 57 )
Dalam ayat yang lain disebutkan :
وَلاَ أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلاَّ أَن يَشَاء رَبِّي شَيْئًا وَسِعَ وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلاَ تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُم بِاللّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأَمْنِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا أَفَلاَ تَتَذَكَّرُونَ
“Dan aku tidak takut kepada ( malapetaka dari ) sesembahan-sesembahan yang kalian persekutukan dengan Alloh, kecuali di kala Tuhanku menghenda ki sesuatu ( dari malapetaka ) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala se-suatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran ( daripadanya ) ?
Bagaimana aku takut kepada sesembahan-sesembahan yang kalian persekutu kan ( dengan Alloh ), padahal kalian tidak takut ketika kalian mempersekutu- kan Alloh dengan sesembahan-sesembahan yang Alloh sendiri tidak menu- runkan hujjah kepada kalian untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan ( dari malapetaka ), jika kamu mengetahui ?” ( Qs. Al-An’am : 80 – 81 )
Begitulah jawaban Nabi Hud u ketika ditakut-takuti bakal ditimpa sesuatu kejelekan dari berhala-berhala kaum ‘Aad. Jawaban demikian diucapkan Na-bi Hud u karena kualitas keimanan dan kadar tawakkalnya kepada Alloh yang menjadikan Nabi Hud u tetap tegar dalam menghadapi ancaman dari kaumnya itu. Karena tidak ada satu apa pun yang mampu menimpakan sua-tu keburukan kepada orang lain kecuali bila memang Alloh menghendakinya
Model ancaman seperti ini biasa dilakukan oleh kaum musyrikin sam pai hari ini. Yaitu ketika ada seseorang yang tidak mau memberikan sesajen atau tidak mau melakukan ritual yang berbau syirik, maka masyarakat yang masih dijangkiti penyakit syirik akan menakut-nakuti dengan datangnya bala’ atau bakal kualat. Ini adalah senjata lama kaum musyrikin yang masih man-jur untuk menakut-nakuti orang-orang bodoh dan lemah imannya sehingga tetap terjerat dalam lingkaran syetan yaitu kesyirikan.
Pernah Shahabat wanita bernama Az-Zaniroh disiksa oleh kaum ka-fir Quroisy hanya karena dia masuk Islam. Karena deraan dari siksaan itu akhirnya dia menjadi buta. Maka orang-orang kafir Quroisy berkata : “Yang menjadikannya buta adalah berhala Laata dan ‘Uzzaa !” Maka Az-Zaniroh menjawab : “Demi Alloh, sekali-kali bukan !” Lalu Alloh kembalikan pengli-hatannya seperti semula. Ini adalah sebuah kisah yang menunjukkan bahwa kebaikan dan keburukan hanya berasal dari Alloh ta’ala semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous