Setelah kehancuran kaum ‘Aad karena keingkaran mereka, Alloh menggantikan posisi kaum ‘Aad dengan kaum Tsamud yang tinggal di dae-rah Hijr, yaitu sebuah kawasan di antara Hijaz dengan Tabuk. Mereka me-warisi kehebatan kaum ‘Aad dalam kemahiran arsitekturnya. Sebagaimana perkataan Nabi Sholih u kepada mereka :
وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا فَاذْكُرُوا آَلاءَ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأَرْضِ مُفْسِدِينَ
“Dan ingatlah ketika Alloh menjadikan kalian sebagai penguasa-penguasa se telah kaum ‘Aad dan telah menempatkan kalian di tanah ini, lalu kalian mem buat dataran rendahnya menjadi istana-istana, dan kalian mengukir gunung-gunung menjadi rumah-rumah, maka ingatlah karunia Alloh, dan janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi !” ( Qs. Al-A’rof : 74 )
Yaitu ketika mereka diberikan banyak kelebihan oleh Alloh dalam kekuatan maupun kepintaran, mereka tidak bersyukur, bahkan kufur kepada Alloh de ngan cara mempersekutukan Alloh. Kekuatan dan kepandaian mereka tidak mereka pergunakan untuk merenungi kebesaran Alloh Yang Maha Esa, bah-kan mereka tersesat dengan menjadikan berhala-berhala yang lemah tanpa otak dan fikiran sebagai sesembahan yang mereka sembah selain Alloh. De-mikian keadaan kaum Tsamud yang tidak berbeda jauh dari pendahulunya yaitu kaum ‘Aad yang juga berkelakuan seperti itu. Sama juga dengan berba-gai bangsa maju di dunia sekarang yang memiliki peradaban yang lebih ma-ju daripada dunia Islam, namun tidak mensyukurinya, malah mempersekutu- kan Alloh dengan makhluk-Nya.
Ketika budaya syirik atau menyekutukan Alloh telah merata di kala-ngan kaum Tsamud, Alloh pun mengutus Nabi Sholihu untuk menyadar-kan mereka dan mengembalikannya kepada ajaran tauhid.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ
“Sesungguhnya telah Kami utus kepada kaum Tsamud saudara mereka sen-diri yakni Nabi Sholih, yaitu untuk menyerukan : “Sembahlah Alloh ( sema-ta ) !”, maka mereka pun menjadi dua kelompok yang saling berbantahan.”
( Qs. An-Naml : 45 )
Alloh ta’ala sengaja mengutus rosul dari kalangan kaum itu sendiri, supaya mereka bisa mengetahui latar belakang kehidupannya yang bersih dan baik. Karena setiap rosul pasti memiliki reputasi atau nama baik yang senantiasa terjaga, bahkan sebelum mereka diangkat menjadi rosul. Di samping itu un-tuk lebih memudahkan komunikasi di antara para rosul dengan umatnya, ka-rena sebuah da’wah tidak hanya menuntut penguasaan materi belaka, namun juga mengharuskan para juru da’wah untuk mengetahui kondisi umat yang hendak dia da’wahi.
Nabi Sholih u sebelum diangkat menjadi Rosul adalah sebuah so-sok yang menjadi panutan dan harapan bagi kaumnya, sebagaimana disebut-kan dalam perkataan kaumnya :
قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَذَا أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آَبَاؤُنَا
وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ
“Mereka berkata : “Hai Sholih, sesungguhnya kamu adalah orang yang kami harapkan ( memimpin ) kami sebelum kejadian ini, apakah kamu akan mela-rang kami dari menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami ? Sesungguhnya kami benar-benar dalam keraguan terhadap apa yang kamu da’wahkan kepada kami.” ( Qs. Hud : 62 )
Pengingkaran kaum Tsamud terhadap Nabi Sholih u bukan karena akhlak atau moralnya, karena memang Nabi Sholih utermasuk orang yang terpan dang di kalangan kaum Tsamud. Namun da’wah Nabi Sholih u yang hen-dak menghapuskan kesyirikan dari kaumnya ini yang menjadikan kaum Tsa-mud akhirnya memusuhinya. Karena Nabi Sholih u memang orang yang terpandang, maka jumlah orang yang mengikutinya pun tidak sedikit. Sehing ga kaum Tsamud terbelah menjadi dua, yaitu : yang mengikuti Nabi Sholih u dan yang menolak mengikutinya. Walaupun demikian, jumlah mereka yang mengingkari da’wah Nabi Sholih u lebih banyak.
Dalam perbantahan antara Nabi Sholih u dengan kaum Tsamud, mereka selalu menyudutkan Nabi Sholih u dan pengikutnya dengan berba-gai kebohongan dan fitnah yang tanpa bukti.
قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ
“Mereka berkata : “Kami tertimpa kesialan gara-gara kamu dan orang-orang yang bersamamu !” Nabi Sholih menjawab : “Kesialan kalian datang dari sisi Alloh, bahkan kalian adalah kaum yang terfitnah.” ( Qs. An-Naml : 47 )
Tudingan tanpa bukti ini dikarenakan anggapan bodoh mereka bahwa gara-gara Nabi Sholih u dan para pengikutnya maka berhala-berhala mereka ma rah dan menimpakan musibah kepada mereka. Inilah kebodohan yang nyata
Mereka pun berkata kepada Nabi Sholih u :
قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ مَا أَنْتَ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا فَأْتِ بِآَيَةٍ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
“Mereka berkata : “Kamu hanyalah orang yang kena sihir ! Kamu hanya ma-nusia biasa seperti kami, maka datangkanlah sebuah tanda ( mu’jizat ) bila ka mu memang termasuk orang-orang yang benar !”
( Qs. Asy-Syu’aro’ : 153 – 154 )
Setelah menuduh tanpa bukti, kaum Tsamud malah meminta didatangkan se buah tanpa bukti kebenaran dari da’wah Nabi Sholih u . Mereka menan-tang Nabi Sholih u untuk mengeluarkan seekor unta betina yang besar da-ri sebongkah batu. Sebelum Nabi Sholih u menjawab tantangan mereka, beliau berkata : “Apakah bila aku mampu memenuhi apa yang kalian minta, kalian akan beriman dengan ajaran yang aku bawa dan membenarkannya ?”
Kaum Tsamud menjawab : “Ya.” Maka tercapailah perjanjian di antara mere ka untuk beriman kepad Nabi Sholih u bila beliau mampu menjawab tanta ngan mereka. Dan Nabi Sholih pun berdo’a kepada Alloh ta’ala memohon untuk diberikan mu’jizat yang berupa keluarnya unta betina yang besar lagi sedang bunting dari sebongkah batu yang dikehendaki oleh kaumnya. Alloh pun mengabulkannya, maka keluarlah seekor unta betina yang gemuk dan bunting dari sebongkah batu. Akhirnya banyak orang yang beriman kepada Nabi Sholih u . Namun demikian, jumlah mereka yang tetap bersikeras me nentang dan melanggar janjinya lebih banyak lagi.
Demikian mu’jizat Nabi Sholih u . Dan mu’jizat secara bahasa ada lah sesuatu yang menjadikan lemahnya argumentasi musuh-musuh rosul. Walaupun demikian tidak setiap Rosul menunjukkan mu’jizat, karena mu’ji-zat berkaitan dengan tantangan dari kaumnya untuk mengeluarkan bukti ke-benaran da’wahnya. Ketika kaumnya memintanya, maka Alloh pun menge-luarkan mu’jizat tersebut melalui tangan para rosul utusannya itu.
Meskipun sebagian besar kaum Tsamud tetap ingkar dan tidak mene pati janjinya, namun Nabi Sholih u tetap bersabar untuk terus mengajak mereka kepada tauhid. Oleh karena itu Nabi Sholih u berkata :
قَالَ هَذِهِ نَاقَةٌ لَهَا شِرْبٌ وَلَكُمْ شِرْبُ يَوْمٍ مَعْلُومٍ وَلا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَظِيمٍ
“Nabi Sholih berkata : “Ini adalah unta betina ( yang kalian minta ), maka dia memiliki hari giliran minum ( dari telaga ) dan kalian pun memiliki hari giliran minum. Dan jangan kalian timpakan satu kejelekan pun kepadanya se hingga Alloh akan mengazab kalian pada hari yang dahsyat.”
( Qs. Asy-Syu’aro’ : 155 – 156 )
Nabi Sholih u membuat kesepakatan dengan kaum Tsamud untuk berbagi telaga dengan unta betina yang mereka minta itu, yaitu sehari jatah untuk un ta betina tersebut minum dari air telaga, dan sehari berikutnya adalah jatah untuk kaum Tsamud, dan seterusnya. Kesepatan ini untuk menguji dan seka ligus memberi kesempatan kepada kaum Tsamud untuk memperbaiki keada an diri mereka yang tetap ingkar kepada ajaran tauhid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous