Selasa, 13 Juli 2010

CINTA BUTUH PENGORBANAN

Ketika Nabi Ibrohim  tidak kunjung dikaruniai anak, maka dia pun bermohon kepada Alloh ta’ala :
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku ( seorang anak ) yang termasuk orang-orang yang saleh.” ( Qs. Ash-Shoffat : 100 )
Kemudian Ibrohim  pun diizinkan oleh Saroh untuk menikahi Hajar, lalu Alloh kabulkan permohonannya :
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلاَمٍ حَلِيْمٍ
“Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat derma wan.” ( Qs. Ash-Shoffat : 101 )
Maka Hajar pun melahirkan Nabi Isma’il  .
Nabi Ibrohim  adalah seorang yang sangat besar kecintaannya ke pada Alloh, sehingga Alloh pun menjadikan dia sebagai Kholil ( kekasih )-Nya, sebagaimana firman Alloh ta’ala :
وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً
“Dan Alloh telah menjadikan Ibrohim sebagai Kholil ( kekasih )-Nya.”
( Qs. An-Nisa’ : 125 )
Namun setelah kelahiran puteranya, Ibrohim pun diuji kecintaannya kepada Alloh, karena banyak orang yang tulus mencintai Alloh ketika mereka tidak memiliki anak, tetapi ketika mereka dikaruniai anak, mereka malah menjadi-kan anaknya sebagai sekutu bagi Alloh, sebagaimana firman Alloh ta’ala :
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلاً خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّا أَثْقَلَت دَّعَوَا اللّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحاً لَّنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ فَلَمَّا آتَاهُمَا صَالِحاً جَعَلاَ لَهُ شُرَكَاء فِيمَا آتَاهُمَا فَتَعَالَى اللّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dialah Yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan ( beberapa waktu ). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya ( suami-isteri itu ) bermohon kepada Alloh Tuhannya seraya berkata : “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sholeh, tentu lah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”. Tatkala Alloh memberi ke pada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Alloh terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Alloh dari apa yang mereka persekutukan.” ( Qs. Al-A’rof : 189 – 190 )
Demikianlah kebanyakan manusia yang tidak tahu berterima kasih.
Ketika Nabi Ibrohim  telah dianugerahi Isma’il, segera saja Alloh menguji kecintaan Ibrohim kepada-Nya, apakah masih seperti se-mula atau telah berkurang sebagaimana umumnya manusia.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ
مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai ( pada umur sanggup ) berusaha bersama-sa- ma Ibrohim, Ibrohim berkata : “Hai anakku sesungguhnya aku melihat da-lam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Alloh kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.”
( Qs. Ash-Shoffat : 102 )
Yaitu Nabi Ibrohim  diuji untuk membuktikan cintanya kepada Alloh de-ngan mengorbankan anak yang saat itu baru satu-satunya yang ia miliki. Pe-rintah berkorban ini dikirimkan melalui mimpi, karena mimpi bagi seorang Nabi adalah wahyu, sebagaimana keterangan Ibnu ‘Abbas  :
رُؤْيَا الأَنْبِيَاءِ وَحْيٌ
“Mimpi para Nabi adalah wahyu.” ( HSR. At-Tirmidzi )
Demikian pula keterangan dari ‘Ubaid bin ‘Amr sebagaimana diriwayat-kan oleh Imam Al-Bukhori dalam shohihnya. Adapun mimpi dari selain nabi dan rosul sama sekali bukan wahyu. Andaipun ada yang benar se-suai dengan kenyataan, namun semua itu bukan wahyu, tetapi sekedar ke gembiraan yang Alloh berikan kepada seorang muslim, sebagaimana sab- da Rosululloh  :
رُؤْيَا الْمُسْلِمِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
“Mimpi seorang muslim adalah 1/46 bagian dari kenabian.”
( HSR. At-Tirmidzi )
Perintah untuk mengorbankan anak semata wayangnya pun dilak-sanakan oleh Nabi Ibrohim  untuk membuktikan betapa besar cintanya kepada Alloh, sebagaimana firman Alloh ta’ala :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“Di antara manusia ada yang membuat tandingan-tandingan bagi Alloh yang mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh, adapun orang-orang yang beriman sangat amat cintanya kepada Alloh.”
( Qs. Al-Baqoroh : 165 )
Pada perkataan Nabi Ibrohim : “Hai anakku sesungguhnya aku meli hat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa penda- patmu !” menunjukkan keharusan seseorang yang hendak menerapkan suatu hukum atau aturan Alloh mesti didahului dengan kefahaman dari si penegak hukum maupun orang yang terkena kewajiban hukum tersebut terhadap isi hukum atau aturan itu.
Pada jawaban Nabi Isma’il  ketika hendak dikorbankan oleh ayahnya : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; in- sya Alloh kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” ada-lah jawaban dari seorang anak yang sholih yang selalu mendukung kesho lehan dari orang tuanuya. Karena banyak anak yang malah menjadi peng-halang orang tuanya dalam menta’ati Alloh ta’ala, oleh karena itu Alloh berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Alloh, barangsiapa yang melaku kan perbuatan itu maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”
( Qs. Al-Munafiqun : 9 )
Di sini pun ada pelajaran yang berharga bagi kita, yaitu pentingnya kesabaran dalam menta’ati perintah Alloh ta’ala, sebagaimana firman Alloh :
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ
“Bersabarlah terhadap hukum Tuhanmu !”
( Qs. Al-Qolam : 48 dan Al-Insan : 24 )
Yakni sabarlah dalam menerima dan melaksanakan perintah Alloh. Karena betapa banyak orang yang semangat melaksanakan suatu amalan, namun me reka tidak memiliki kesabaran, sehingga patah di tengah jalan. Oleh karena itu Nabi Isma’il mengatakan : “insya Alloh kamu akan mendapatiku terma- suk orang-orang yang sabar”, yaitu hanya dengan kehendak dan pertolongan Alloh semata kesabaran tersebut dapat diraih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous