Ketika Nabi Ibrohim belum dikaruniai anak, Saroh mengijinkan Ib-rohim menikahi pembantunya, Hajar. Dari pernikahan dengan Hajar, la-hirlah Isma’il. Saroh pun cemburu, sehingga Ibrohim membawa Hajar beserta puteranya - yaitu Isma’il - pergi ke padang tandus yang tak berpenghu ni, yakni Mekkah. Ketika Isma’il sudah mulai beranjak besar, Ibrohim diuji kecintaannya dengan diberi perintah untuk menyembelih putera satu-satu-nya, yaitu Isma’il. Nabi Ibrohim dan Isma’il patuh melaksanakan pe-rintah Alloh tersebut, sehingga Alloh menggantinya dengan seekor kambing Gibas yang besar.
Karena telah terbukti kesabaran, syukur dan cinta Nabi Ibrohim kepada Alloh ta’ala, maka Alloh pun memberikan tambahan karunia kepada Ibrohim yang berupa putera dari Saroh, sebagaimana firman Alloh ta’ala :
وَ بَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan Kami beri dia kabar gembira dengan ( kelahiran ) Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.” ( Qs. Ash-Shoffat : 112 )
Inilah sebabnya seorang mu’min harus senantiasa bersyukur kepada Alloh atas segala karunia-Nya, karena syukur akan mendatangkan rahmat yang beri kutnya, sebagaimana firman Alloh ta’ala :
وَ إِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan ( ingatlah juga ) tatkala Tuhanmu memaklumatkan; “Sesungguhnya ji-ka kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah ( ni’mat ) kepadamu, namun jika kamu mengingkari ( ni’mat-Ku ), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.” ( Qs. Ibrohim : 7 )
Kronologi kisahnya disebutkan dalam beberapa ayat dalam Al-Qur-’an, yaitu :
وَلَقَدْ جَاءتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُـشْرَى قَالُواْ سَلاَمًا قَالَ سَلاَمٌ فَمَا لَبِثَ أَن جَاء بِعِجْلٍ حَنِيذٍ
“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami ( yakni para malaikat ) telah datang kepada lbrohim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan : “Salam,” Ibrohim menjawab : “Salam,” maka tidak lama kemudian Ibrohim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.” ( Qs. Hud : 69 )
Dalam ayat ini Nabi Ibrohim kedatangan tamu para malaikat yang ber-wujud laki-laki. Nabi Ibrohim tidak tahu kalau tamunya adalah para malaikat sehingga ia menyuguhkan makanan untuk menjamunya. Dalam kisah ini ter-dapat pelajaran bahwa menjamu tamu merupakan suatu tradisi yang baik dan diakui oleh syari’at, sebagaimana sabda Rosululloh :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, hendaklah ia memu liakan tamunya !”
( HR. Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah )
Kemudian kisah selanjutnya :
فَلَمَّا رَأَى أَيْدِيَهُمْ لاَ تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُواْ لاَ تَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمِ لُوطٍ
“Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrohim me-mandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malai- kat itu berkata : “Jangan takut, sesungguhnya kami adalah ( malaikat-malai- kat ) yang diutus kepada kaum Luth.” ( Qs. Hud : 70 )
Yakni, mereka adalah para malaikat yang akan diutus kepada Nabi Luth berkenaan dengan kesyirikan kaum Luth dan kebiasaan homoseksnya. Sebe- lum menuju ke tempat Nabi Luth mereka singgah di rumah Nabi Ibro- him untuk memberikan kabar gembira kepada Nabi Ibrohim. Hal ini me nunjukkan disukainya memberikan kabar gembira dengan segera kepada orang yang beriman lainnya.
Dari kisah ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa Malaikat tidak membutuh-kan makan maupun minum, terbukti dengan hidangan anak sapi panggang yang disuguhkan oleh Nabi Ibrohim tidak disentuh sedikit pun juga.
Melihat perilaku yang aneh dari tamu-tamunya, Ibrohim pun merasa takut kepada mereka.
إِذْ دَخَلُواْ عَلَيْهِ فَقَالُواْ سَلامًا قَالَ إِنَّا مِنكُمْ وَجِلُونَ قَالُواْ لاَ تَوْجَلْ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلامٍ عَلِيمٍ
“Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan : “Salaam”. Berkata Ibrohim : “Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu.” Mereka berkata : “Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami akan memberi kabar gembira kepadamu dengan ( kelahiran seorang ) anak laki-laki ( yang akan menjadi ) orang yang alim.” ( Qs. Al-Hijr : 52 - 53 )
Inilah kabar gembira yang dibawa oleh para malaikat yang datang bertamu kepada Nabi Ibrohim. Kabar tersebut membuat Ibrohim heran.
قَالَ أَبَشَّرْتُمُونِي عَلَى أَن مَّسَّنِيَ الْكِبَرُ فَبِمَ تُبَشِّرُونَ
“Berkata Ibrohim : “Apakah kalian memberi kabar gembira kepadaku pada-hal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah ( terlaksananya ) berita gembira yang kalian kabarkan ini ?” ( Qs. Al-Hijr : 54 )
Saroh pun tak kalah herannya mendengar kabar tersebut.
فَأَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ فِي صَرَّةٍ فَصَكَّتْ وَجْهَهَا وَقَالَتْ عَجُوزٌ عَقِيمٌ
“Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata : ” ( Aku adalah ) seorang perempuan tua yang mandul.”
( Qs. Adz-Dzaariyaat : 29 )
قَالَتْ يَا وَيْلَتَى أَأَلِدُ وَأَنَاْ عَجُوزٌ وَهَـذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَـذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ
“Isterinya berkata : “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula ? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sa- ngat aneh.” ( Qs. Hud : 72 )
Demikian menurut tabiat manusia, usia selanjut Ibrohim dan Saroh sudah ti dak mungkin lagi memiliki anak. Namun bila Alloh Yang menghendaki, apa yang tidak mungkin ?
قَالُواْ أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللّهِ رَحْمَتُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَّجِيدٌ
“Para malaikat itu berkata : “Apakah kalian merasa heran tentang ketetapan Alloh ? ( Itu adalah ) rahmat Alloh dan berkah-Nya, dicurahkan atas kalian, hai ahlulbait ! Sesungguhnya Alloh Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.”
( Qs. Hud : 73 )
قَالُواْ بَشَّرْنَاكَ بِالْحَقِّ فَلاَ تَكُن مِّنَ الْقَانِطِينَ
“Mereka menjawab : “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu de-ngan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang putus asa !”
( Qs. Al-Hijr : 55 )
Dalam kisah ini terdapat hikmah : hendaklah setiap orang tidak boleh berpu tus asa dalam mengharapkan rahmat Alloh. Terus berusaha dan berdo’a agar keinginan tercapai ! Sebagaimana Saroh akhirnya dikarunia putera yang sho-leh yaitu Nabi Ishaq .
Setelah dewasa, Nabi Ibrohim mengajak Ishaq membangun Bai-tul-Maqdis atau Masjidil-Aqsho di Yerusalem. Jarak pembangunan Masjidil-Aqsho dengan Masjidil-Harom ( Ka’bah ) adalah 40 tahun, sebagaimana diri watkan dari Shahabat Abu Dzar Al-Ghifari :
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي الأَرْضِ أَوَّلَ قَالَ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ
قَالَ الْمَسْجِدُ الأَقْصَى قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا قَالَ أَرْبَعُونَ سَنَةً
“Aku bertanya : “Wahai Rosululloh, masjid mana yang pertama kali dibuat di bumi ?” Rosululloh menjawab : “Masjidil-Harom.” Kemudian aku berta-nya : “Lalu yang mana ?” Beliau menjawab : “Masjidil-Aqsho.” Aku berta-nya : “Berapa jarak waktu antara keduanya ?” Beliau menjawab : “40 tahun.”
( HR. Ahmad, Al-Bukhori dan Muslim )
Sehingga Nabi Ibrohim dan Nabi Ishaq yang membangun Masjidil-Aqsho atau Baitul-Maqdis. Ada pula yang berpendapat bahwa yang memba-ngun Baitul-Maqdis adalah Nabi Ya’qub atau Isroil putera Nabi Ishaq. Namun pendapat ini bertentangan dengan hadits yang shohih di atas.
Ada pula yang berpendapat bahwa Nabi Sulaiman yang memba- ngun Baitul-Maqdis. Yang benar adalah Nabi Sulaiman putera Nabi Da- wud bukan yang membangun untuk pertama kali, namun bisa jadi beliau adalah pihak yang melakukan pemugaran dan renovasi Masjidil-Aqsho pada zaman beliau. Wallohu a’lamu bish-Showaab.
[ ‘Abdulloh A. Darwanto ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous