Kamis, 15 Juli 2010

NABI HUD DAN KAUM ‘AAD

Setelah banjir bandang yang maha dahsyat pada zaman Nabi Nuh u menewaskan seluruh orang kafir di muka bumi, kemudian Nabi Nuh u beserta pengikutnya diselamatkan oleh Alloh ta’ala, lalu mereka pun me mulai hidup baru tanpa aroma kesyirikan. Dari anak-anak Nabi Nuh u ter lahirlah berbagai suku bangsa di dunia. Di antara suku bangsa yang merupa-kan keterunan dari anak-anak Nabi Nuh u adalah kaum ‘Ad, yaitu ‘Ad Irom yang tinggal di Ahqof, sebagaimana firman Alloh ta’ala :

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Aad ? ( yaitu ) penduduk Irom yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi yang belum pernah dibangun (suatu kota ) seperti itu di negeri-negeri lain.” ( Qs. Al-Fajr : 6 – 8 )

Kaum ‘Aad adalah kaum yang memiliki kemahiran dalam bidang arsitektur yang tidak ada bandingnya ketika itu.

Kaum ‘Aad saat itu adalah kaum terkuat di muka bumi yang menggantikan peran kaum Nabi Nuh u , sebagaimana firman Alloh ta’ala :

وَاذكُرُواْ إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاء مِن بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً

“Ingatlah ketika Dia menjadikan kalian ( kaum ‘Aad ) sebagai kholifah-kholi fah ( pengganti yang berkuasa ) setelah kaum Nabi Nuh u dan Dia telah melebihkanmu dalam tubuh / perawakanmu !” ( Qs. Al-A’rof : 69 )

Setelah kaum ‘Aad memiliki segala kelebihan baik dalam fisik mau-pun kepandaiannya, mereka melupakan ajaran Nabi Nuhu dan dipaling-kan oleh Syetan untuk kembali kepada ajaran syirik pemujaan kepada berhala. Oleh karena itu Alloh ta’alamengutus Nabi Hud u kepada mere-ka, karena Nabi Hud u memang berasal dari keturunan ‘Aad.

Ketika kaum ‘Aad berbuat kesyirikan, Nabi Hud u menda’wahi me reka agar kembali kepada ajaran agama tauhid.

وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُوداً قَالَ : يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُونَ

“Dan ( Kami telah mengutus ) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, yaitu Na-bi Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada se-sembahan yang berhak disembah olehmu selain Dia. Maka mengapa kamu ti dak bertakwa kepada-Nya ?” ( Qs. Al-A’rof : 65 )

Dalam ayat yang lain disebutkan :

كَذَّبَتْ عَادٌ الْمُرْسَلِينَ , إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ هُودٌ : أَلاَ تَتَّقُونَ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ , فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ , وَ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلاَّ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ , أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ وَ تَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ وَ إِذَا بَطَشْتُم بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ ؟

Kaum ‘Aad telah mendustakan para rosul, yaitu ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka : “Mengapa kalian tidak bertakwa ? Sesungguhnya aku adalah seorang rosul kepercayaan ( yang diutus ) kepada kalian, maka bertakwalah kepada Alloh dan ta’atlah kepadaku ! Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepada kalian atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tu han semesta alam. Apakah kalian mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi ba- ngunan untuk bermain-main, dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal ( di dunia ) ? Dan apabila kalian menyiksa, maka kalian menyiksa sebagai orang- orang kejam dan bengis.”

( Qs. Asy-Syu’aro’ : 123 – 130 )

Dalam uraian da’wah Nabi Hud u ini terdapat beberapa pelajaran yang da-pat dipetik, yaitu :

  1. Materi Da’wah atau ajaran seluruh nabi dan rosul adalah sama, yaitu TAUHID, sehingga mendustakan seorang rosul sama artinya de-ngan mendustakan seluruh nabi dan rosul.
  2. Para nabi dan rosul adalah orang-orang pilihan, yaitu orang-orang yang jujur dan terpercaya, bahkan sebelum mereka diangkat menjadi nabi dan rosul. Sehingga orang-orang yang jernih hatinya dengan se-gera menyambut ajakan da’wah para nabi dan rosul tersebut.
  3. Para nabi dan rosul tidak pernah minta upah dari da’wah yang mere-ka lakukan, karena upah mereka hanya dari Alloh semata. Dan me-mang tidak layak bagi kita untuk mengikuti orang yang meminta upah dalam da’wahnya, sebagaimana firman Alloh ta’ala :

اتَّبِعُوا مَن لاَّ يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُم مُّهْتَدُونَ

“Ikutilah orang yang tiada minta balasan ( upah ) kepadamu; dan me reka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk !” ( Qs. Yasin : 21 )

  1. Mematuhi Alloh mesti harus diiringi dengan mematuhi Rosul utusan Alloh, karena Alloh menyampaikan perintah dan larangannya hanya- lah melalui para nabi dan rosul, sebagaimana sabda Rosululloh r :

مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

“Barangsiapa yang mematuhiku berarti ia telah mematuhi Alloh.”

( HR. Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, An-Nasai dan Ibnu Majah )

  1. Kaum ‘Aad sombong dengan kepandaian yang mereka miliki, dan ke sombongannya ini yang membuat mereka menolak kebenaran. Di an tara bentuk kesombongan mereka adalah mereka membuat berbagai bangunan bernilai arsitektur tinggi di setiap daerah dataran tinggi.
  2. Kaum ‘Aad teramat yakin dengan kemampuan arsitekturnya, lalu me reka membangun benteng-benteng yang kokoh dengan keyakinan bahwa benteng-benteng tersebut mampu melindungi mereka dari sik sa Alloh ta’ala.
  3. Kaum ‘Aad adalah kaum yang kejam dan bengis, karena memang mereka adalah suku bangsa terkuat pada masa itu. Itulah sebabnya mereka semakin berani menantang kebenaran.

Oleh karena itu para pemuka kaum ‘Aad menjawab ajakan da’wah Nabi Hud u dengan penghinaan :

قَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وِإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ

“Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: “Sesungguhnya kami be- nar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang orang yang berdusta.”

( Qs. Al-A’rof : 66 )

Demikian strategi syetan dalam menolak kebenaran dan membuat lari manu sia dari kebenaran, yaitu menjuluki penyeru kebenaran dengan julukan-julu-kan yang buruk, sebagaimana kaum ‘Aad menjuluki Nabi Hud u sebagai orang yang buruk akalnya. Tidak hanya itu, mereka juga menghukumi Nabi Hud u sebagai pendusta dengan semata-mata persangkaan saja, tanpa ada-nya bukti yang akurat. Karena sebelum Nabi Hud u menyerukan kebenar-an, dia dikenal sebagai seorang yang jujur lagi dapat dipercaya.

Mendengar fitnahan dari kaumnya, Nabi Hud u membantahnya dengan berkata :

قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِّن رَّبِّ الْعَالَمِينَ

أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنَاْ لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ

“Nabi Hud herkata : “Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampai-kan risalah ajaran Tuhanku kepada kalian dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” ( Qs. Al-A’rof : 67 – 68 )

Begitu Nabi Hud u membela dirinya, dan hal ini adalah suatu kebolehan, bahkan bisa menjadi suatu hal yang wajib, karena kebersihan nama Nabi Hud u diperlukan sebagai bukti kebenaran isi da’wahnya. Selain itu, karena ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Hud u adalah ajaran yang benar dan masuk akal, sementara tradisi pemujaan berhala kaum ‘Aad adalah sebuah kebodohan yang jelas seterang matahari bagi siapa yang mau berfikir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous