Kamis, 15 Juli 2010

WASIAT TERAKHIR NABI NUH

Akhirnya banjir bandang terbesar di dunia berakhir, dan air pun men jadi surut, sebagaimana firman Alloh ta’ala :
وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءكِ وَيَا سَمَاء أَقْلِعِي وَ غِيضَ الْمَاء وَ قُضِيَ الأَمْرُ وَ اسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَ قِيلَ بُعْداً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Dan difirmankan : ” Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit berhentilah ! ” dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berla- buh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim .”
( Qs. Hud : 44 )
Berkata Qotadah dan lain-lainnya : “Mereka menaiki di dalam bahtera pada hari ke-10 bulan Rajab, kemudian mereka berlayar selama 150 hari, lalu me-netap di atas bukit Judi selama sebulan, dan mereka keluar dari kapal pada hari ‘Asyuro’ di bulan Muharram.”
Kemudian Nuh  bersama pengikutnya memulai kehidupan barunya tan-pa ada gangguan dari orang-orang yang kafir.
Alloh ta’ala berfirman :
وَ نَجَّيْنَاهُ وَ أَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمْ الْبَاقِينَ
“Dan Kami telah menyelamatkannya dan keluarganya dari bencana yang be- sar, dan Kami telah menjadikan anak cucunya sebagai orang-orang yang me-lanjutkan keturunan.” (Qs. Ash-Shoffat : 76 – 77 )
Dalam ayat ini Alloh menegaskan bahwa Nabi Nuh  bersama beberapa anak-anaknya diselamatkan dari banjir yang teramat dahsyat ketika itu, dan dari sinilah manusia menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
Alloh menegaskan pula dalam ayat ini, bahwa tidak ada orang-orang yang beriman yang bersamanya yang memiliki keturunan. Sehingga hanya Nabi Nuh  dan putera-putera beliau saja yang menjadi nenek moyang seluruh suku dan bangsa yang ada di dunia. Yaitu ketika mereka berpencar di berba- gai daerah, muncullah bangsa-bangsa seperti Arab, Eropa, Afrika, Asia dan lain-lainnya.
Ketika usia semakin lanjut dan kematian telah di ambang pintu, Na-bi Nuh  berpesan kepada salah seorang anaknya, wasiat terakhir beliau di ceritakan oleh Nabi Muhammad  dalam haditnya dari ‘Abdulloh bin ‘Amr:
قَالَ رسول الله  : إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ نُوحًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ قَالَ لابْنِهِ : إِنِّي قَاصٌّ عَلَيْكَ الْوَصِيَّةَ , آمُرُكَ بِاثْنَتَيْنِ وَأَنْهَاكَ عَنْ اثْنَتَيْنِ , آمُرُكَ بِلا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ فَإِنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ وَالأَرْضِينَ السَّبْعَ لَوْ وُضِعَتْ فِي كِفَّةٍ وَوُضِعَتْ لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ فِي كِفَّةٍ رَجَحَتْ بِهِنَّ لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَ لَوْ أَنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ وَالأَرْضِينَ السَّبْعَ كُنَّ حَلْقَةً مُبْهَمَةً قَصَمَتْهُنَّ لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ , وَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فَإِنَّهَا صَلاةُ كُلِّ شَيْءٍ وَ بِهَا يُرْزَقُ الْخَلْقُ , وَ أَنْهَاكَ عَنْ الشِّرْكِ وَالْكِبْرِ , قَالَ : قُلْتُ أَوْ قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الشِّرْكُ قَدْ عَرَفْنَاهُ فَمَا الْكِبْرُ ؟ قَالَ : أَنْ يَكُونَ لأَحَدِنَا نَعْلانِ حَسَنَتَانِ لَهُمَا شِرَاكَانِ حَسَنَانِ ؟ قَالَ : لا , قَالَ هُوَ أَنْ يَكُونَ لأَحَدِنَا حُلَّةٌ يَلْبَسُهَا ؟ قَالَ : لا , قَالَ : الْكِبْرُ هُوَ أَنْ يَكُونَ لأَحَدِنَا دَابَّةٌ يَرْكَبُهَا ؟ قَالَ لا , قَالَ : أَفَهُوَ أَنْ يَكُونَ لأَحَدِنَا أَصْحَابٌ يَجْلِسُونَ إِلَيْهِ ؟ قَالَ : لا , قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا الْكِبْرُ ؟ قَالَ : سَفَهُ الْحَقِّ وَغَمْصُ النَّاسِ
Rosululloh  bersabda : “Sesungguhnya Nabiyulloh Nuh  ketika menje-lang wafatnya, beliau berkata kepada anaknya : “Aku hendak menyampaikan sebuah wasiat kepadamu, aku memerintahkanmu dengan dua perkara dan aku melarangmu dari dua perkara. Aku memerintahkanmu dengan laa ilaa-ha illalloh, karena langit yang tujuh dan bumi dan tujuh seandainya diletak-kan di salah satu sisi timbangan dan laa ilaaha illalloh diletakkan di sisi timba-ngan yang lainnya pasti akan lebih berat laa ilaaha illalloh, dan seandainya la-ngit yang tujuh dan bumi yang tujuh berupa gelang yang terpisah pasti akan dapat disambungkan oleh laa ilaaha illalloh. Dan ( aku memerintahkanmu de-ngan ) subhaanallohi wabihamdihi, karena ia adalah sholatnya segala sesu atu, dan dengannya makhluk-Nya akan diberi rejeki. Aku melarang kalian da ri Syirik dan Sombong !”
Aku ( yaitu ‘Abdulloh bin ‘Amr ) bertanya atau ada yang bertanya : “Wahai Rosululloh, syirik ini kami sudah mengetahui, namun apa maksud dari som-bong ? Apakah orang yang memakai sandal bagus dengan tali sandalnya yang juga bagus ?” Rosul menjawab : “Bukan.” Ada yang bertanya : “Apa-kah orang yang memiliki perhiasan lalu ia memakainya ?” Rosul menjawab : “Bukan.” Ada yang bertanya lagi : “Apakah orang yang memiliki teman-te-man yang dia biasa duduk-duduk dengannya ?” Rosul menjawab : “Bukan.” Lalu ditanyakan : “Wahai Rosululoh, apakah sombong itu ?” Rosululloh menjawab : “Membodohkan kebenaran dan meremehkan manusia.”
( HSR. Ahmad )
Begitu wasiat terakhir Nabi Nuh  kepada anaknya, yaitu :
1. Kalimat Tauhid لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ( tidak ada sesembahan yang berhak di-sembah selain Alloh ). Dan inilah inti da’wah dari seluruh nabi dan rosul. Kalimat yang akan bisa menyelamatkan umat manusia dari per hitungan amal yang jelek di hari akhir nanti, sebagaimana disebutkan da-lam hadits Qudsi :
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
“Wahai anak Adam, seandainya kamu mendatangi-Ku dengan memba- wa kesalahan sepenuh bumi, lalu kamu menemui-Ku tanpa menyekutu-kan-Ku dengan sesuatu apa pun, pasti Aku akan mendatangimu dengan pengampunan sepenuh bumi pula.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )
2. Kalimat Tasbih سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ( Maha Suci Alloh dan dengan memuji-Nya ), yaitu kalimat yang merupakan sholat atau do’a-nya seluruh makh-luk.
3. Melarang dari perbuatan syirik yaitu menyekutukan Alloh, karena syirik adalah dosa yang tidak akan diampuni, sebagaimana sabda Rosululloh :
مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang menjumpai Alloh tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun maka dia pasti masuk syurga, dan barangsiapa yang men jumpai Alloh dalam keadaan menyekutukan-Nya maka dia pasti masuk neraka.” ( HR. Ahmad dan Muslim )
4. Melarang dari sifat Sombong, yaitu menolak kebenaran atau merendah-kan orang lain, sebagaimana sabda Rosululloh  :
لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ , قَالَ رَجُلٌ : إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk syurga orang yang ada di dalam hatinya kesombong-an walaupun sebesar debu.” Ada seseorang bertanya : “Bagaimana bila ada seorang yang memakai baju yang bagus dan sandal yang bagus ?” Rosululloh menjawab : “Sesungguhnya Alloh itu Maha Indah dan me-nyukai keindahan. Sombong yaitu menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” ( HR. Muslim dan At-Tirmidzi )
Kemudian Nabi Nuh  wafat dalam usia 1780 tahun sebagaimana penjela- san dari Ibnu ‘Abbas  , yaitu beliau diangkat menjadi Rosul ketika berusia 480 tahun, tinggal menda’wahi kaumnya selama 950 tahun dan hidup sesu-dah banjir banding adalah 350 tahun, sehingga total 1780 tahun. Ada pula riwayat yang menyebutkan bahwa beliau wafat di usia 1050 tahun, yaitu diangkat menjadi Rosul ketika berusia 40 tahun, tinggal bersama kaumnya selama 950 tahun, dan hidup setelah banjir bandang selaman 60 tahun.
Wallohu a’lamu bish-showaab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous