Kamis, 15 Juli 2010

PERJUANGAN NABI NUH

Nabi Nuh  termasuk di antara nabi-nabi yang tergolong ulul-’azmi yaitu para nabi dan rosul yang memiliki ‘azam yaitu keteguhan hati dan kesabaran dalam berda’wah, sehingga kita wajib untuk meneladani mere-ka dalam perjuangan menegakkan dan membela kalimat tauhid, sebagai- mana firman Alloh ta’ala :
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ
“Bersabarlah kalian, sebagaimana telah bersabar para ulul-’azmi dari kala ngan para rosul.” ( Qs. Al-Ahqof : 35 )
Para nabi dan rosul yang tergolong ulul-’azmi yaitu Nabi Nuh  , Nabi Ibrohim  , Nabi Musa  , Nabi ‘Isa  dan Nabi Muhammad  seba gaimana firman Alloh ta’ala :
وَ إِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَ مِنْكَ وَم ِنْ نُوحٍ وَ إِبْرَاهِيمَ وَ مُوسَى وَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَ أَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
“Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi, darimu, juga dari Nuh, Ibrohim, Musa dan ‘Isa bin Maryam, dan Kami telah meng ambil dari mereka perjanjian yang teguh.” ( Qs. Al-Ahzab : 7 )
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَ مَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَ مُوسَى وَ عِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَ لا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ
“Dia telah mensyari’atkan kepada kalian berupa agama yang juga telah di wasiatkan kepada Nuh, yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan juga telah Kami wasiatkan kepada Ibrohim, Musa dan ‘Isa, yaitu tegakkanlah agama dan jangan kalian bercerai-berai di dalamnya.” ( Qs. Asy-Syuro : 13 )
Sehingga sangat perlu bagi kita untuk melihat bagaimana keteguhan dan kesabaran Nabi Nuh  dalam perjuangannya menda’wahkan tauhid.
Sesungguhnya sebelum Nuh  mengintensifkan kegiatan da’wah nya, Alloh ta’ala telah memberitahukan tentang apa yang akan terjadi da-lam firman-Nya :
وَ أُوحِيَ إِلَى نُوحٍ أَنَّهُ لَنْ يُؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ إِلاَّ مَنْ قَدْ آَمَنَ فَلاَ تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
“Dan telah diwahyukan kepada Nuh bahwasannya tidak akan ada yang beriman di antara kaumnya kecuali orang-orang yang telah beriman ( dari sebelumnya ) maka janganlah kamu putus asa karena apa yang mereka la kukan.” ( Qs. Hud : 36 )
Dari ayat ini, kita mengetahui bagaimana usaha keras dan keikhlasan Na-bi Nuh  dalam berda’wah, meskipun dia tahu melalui wahyu bahwa ti-dak mungkin ada lagi orang yang akan menerima da’wahnya selain orang orang yang telah mengikutinya sebelum itu, Nabi Nuh  tetap sema-ngat dalam memenuhi amanat da’wah, yaitu mengajak manusia ke jalan tauhid. Bahkan Nabi Nuh  dengan telaten menghabiskan waktu 950 ta hun berda’wah meski tanpa ada tambahan seorang pun yang mau mengi- kutinya, sebagaimana firman Alloh ta’ala :
وَ لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلاَّ خَمْسِينَ عَامًا
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, kemu-dian dia tinggal di antara mereka selama 950 tahun …” ( Qs. Al-’Ankabut : 14 )
Demikianlah mestinya seorang juru da’wah, di dalam da’wahnya semata-mata menyampaikan kebenaran dengan ikhlas lillahi ta’ala, bukan karena mengejar target jumlah pengikut. Seandainya keberhasilan da’wah diukur dari jumlah orang yang mengikuti, maka Nabi Nuh  termasuk di anta-ra orang yang gagal dalam da’wahnya. Namun dalam keadaan keminiman jumlah pengikut, Alloh ta’ala menyebut Nuh  sebagai :
إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا
“Sesungguhnya dia ( Nuh ) adalah hamba yang pandai bersyukur.”
( Qs. Al-Isro’ : 3 )
Meskipun Nuh  telah menghabiskan 950 tahun untuk berda’wah tanpa memperoleh tambahan pengikut, dia tetap dianggap sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat, dan ” waktu ” termasuk dalam kategori nik-mat Alloh, sebagaimana sabda Rosululloh  :
النِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَ الْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu : sehat dan waktu luang.” ( HR. Ahmad Al-Bukhori, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )
Dan Nabi Nuh  dalam da’wahnya itu tidak pernah memungut harta ben da atau upah dari para pengikutnya, da’wahnya semata-mata mengharap-kan pahala dari Alloh ta’ala, sebagaimana firman Alloh ta’ala :
وَ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلاَّ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah aku meminta kepada kalian upah atas da’wahku, upahku ha nya dari Tuhan semesta alam.” ( Asy-Syu’aro’ : 109 )
Selama 950 tahun tersebut Nabi Nuh  mengajak manusia kepa-da ajaran tauhid, sebagaimana firman Alloh ta’ala :
وَ لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, kemu-dian dia berkata : “Wahai kaumku, sembahlah Alloh, tidak ada sesemba-han yang berhak disembah oleh kalian selain Dia, maka kenapa kalian ti-dak bertaqwa ?!” ( Qs. Al-Mu’minun : 23 )
Ini merupakan kesepakatan da’wah para nabi dan rosul, yaitu memulai da’ wah dengan tauhid, menjadikan inti sari da’wahnya adalah tauhid, dan me ngakhiri da’wahnya dengan seruan tauhid pula.
Dalam menda’wahkan ajaran tauhid, Nabi Nuh  telah menem-puh berbagai metode, dan kesemuanya tidak membuahkan hasil sama se- kali meskipun hanya seorang saja yangmenjawab seruan da’wahnya, seba gaimana firman Alloh ta’ala :
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلاً وَنَهَارًا فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلاَّ فِرَارًا وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آَذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا ثُمَّ إِنِّي دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا ثُمَّ إِنِّي أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا
“Nuh berkata : “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menda’wahi kaumku malam dan siang, namun seruan da’wahku hanya menambah me-reka lari. Sesungguhnya setiap aku mengajak mereka agar Engkau me-ngampuni mereka, mereka malah menutupkan jari-jemarinya ke telinga-nya, menutupkan baju-bajunya, tetap bersikeras menentang, dan mereka benar-benar menyombongkan diri. Kemudian aku seru mereka dengan ca ra terang-terangan, lalu aku seru mereka dengan cara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi …” ( Qs. Nuh : 5 – 9 )
Perhatikanlah, bagaimana Nabi Nuh  tanpa lelah pada waktu siang dan malam terus berda’wah, dan berbagai metode da’wah pun telah dilaku kan, baik dengan sirriyyah ( sembunyi-sembunyi ), jahriyyah ( terang-te-rangan ) maupun dengan mengkombinasikan kedua cara tersebut, namun tetap saja tidak mampu menjadikan kaumnya mengikutinya. Begitulah ke uletan Nabi Nuh  dalam berda’wah yang patut untuk diteladani.
Ada pun da’wah sirriyyah ( sembunyi-sembunyi ) di dalam Islam telah dihapus dengan turunnya Qs. Al-Hijr : 94 dan Qs. Asy-Syu’aro’ : 214. Kecuali bila berada di suatu negeri yang melarang da’wah Islam atau melarang orang beragama, maka da’wah sirriyyah dibolehkan dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous