Sabtu, 17 Juli 2010

P H Y T A G O R E A N I S M E

[ F A H A M P E N U H A N A N A N G K A ]

Nama Phitagoras tentu bukan nama yang asing bagi kalang an dunia pendidikan, karena namanya sering dikaitkan dengan se buah nama yang masyhur untuk sebuah rumus matematika yang dikenal dengan rumus stelling pytaghoras, yaitu c2 = a2 + b2, pada-hal tidak ada kaitannya antara rumus tersebut dengan Pythagoras. Karena memang bukan Pythagoras yang menemukan rumus terse but, walaupun penamaannya mengambil dari nama dirinya.
Pythagoras adalah seorang filosuf Yunani yang hidup anta-ra tahun 570 – 504 SM. Selain sebagai seorang filosuf, Pythagoras pun adalah seorang agamawan yang mengajarkan adanya reinkar nasi , vegeterianisme dan penyiksaan terhadap diri sendiri. Sela in itu, Pythagoras terkenal dengan ajaran penuhanan terhadap bi-langan atau angka. Para penganut ajaran Pythagoras yang dikenal dengan nama Pythagorean mempunyai kepercayaan bahwa inti sari semua benda, wujud dan hal adalah angka, dan semua hubu-ngan yang ada di alam ini mesti dapat dinyatakan dengan angka.
Pythagoras dengan tanpa ragu-ragu mengatakan bahwa Tu han itu adalah angka. Hal ini menurut anggapan Pythagoras kare-na setiap kebajikan pasti dapat dinyatakan dengan suatu keakura-tan. Sehingga suatu kebajikan pasti dapat dihitung letaknya di an-tara dua posisi ekstrem dalam matematika. Prinsip tersebut diilha-mi oleh ajaran filsafat Yunani Purba yang mengatakan bahwa ke-bajikan berada di posisi antara ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Menurut Pythagoras sesuatu yang tidak dihitung atau tidak dapat dihitung berarti suatu kejahatan. Oleh karena itu Pythagoras pun berkata bahwa segala sesuatu adalah angka.
Sepeninggal Pythagoras, para mengikutnya terbelah menja-di dua. Sebagian memilih menekuni bidang matematika dan me-ninggalkan ajaran mistik Pythagoras, sementara itu sebagian lain- nya masih kokoh berpegang dengan ajaran mistik keagamaan Py-thagoras dan tidak tertarik mempelajari hal-hal yang matematis.
Pengaruh ajaran filsafat Pythagoras sampai pula kepada se-bagian kaum muslimin yang bodoh dengan ajaran Islam. Kita bisa melihat dalam kehidupan mayoritas masyarakat muslim, masih banyak yang mengkeramatkan beberapa angka-angka tertentu. Se bagian ada yang mengkeramatkan angka 7, sebagian yang lain me nganggap keramat angka 9, angka 13, angka 40 dan lain sebagai- nya. Mereka meyakini bahwa angka-angka tersebut dapat membe rikan pengaruh kepada kehidupan, baik pengaruh positif atau pe-ngaruh negatif. Seperti keyakinan sebagian masyarakat Jawa ba-gian selatan yang mengkeramatkan angka 13 dan menganggap-nya sebagai angka sial. Bahkan di beberapa hotel ada yang tidak berani membuat nomor kamar 13 dan menggantinya dengan 12 B.
Sebagian kaum muslimin lainnya masih mempercayai per-hitungan hari baik dan buruk ketika hendak melaksanakan suatu hajat. Semua hari –menurut mereka- memiliki kode angka-angka ter tentu. Semisal ada orang yang hendak menyelenggarakan sebuah hajatan pernikahan. Mereka akan menghitung angka-angka dari hari kelahiran calon mempelai laki-laki dan calon mempelai pe-rempuan. Bila penjumlahan dari angka-angka hari kelahiran ke-dua mempelai menghasilkan angka “sial” atau angka “mati” mere ka pun lantas membatalkan rencana pernikahan tersebut. Andai kata hendak diteruskan, maka mereka mesti memberikan bebera- pa sesaji untuk menolak bala’ dari angka jelek tersebut. Bila angka yang dihasilkan adalah angka “baik” atau “mujur”, mereka masih pula melakukan penghitungan tentang hari “baik” bagi pelaksana an hajatan pernikahan tadi.
Di beberapa agama lain, seperti agama Budha, Tao, Lama, dan aliran-aliran kepercayaan keyakinan terhadap angka-angka ini memang begitu mendominasi kehidupan mereka. Segala sesua tu dihitung dengan angka dan sudut, sehingga lahirlah teori Feng Sui atau Hong Sui. Keyakinan kepada angka-angka ini melahirkan pula model ramalan nasib dengan SIO, yaitu perhitungan nasib seseorang berdasarkan tanggal, bulan dan tahun yang juga disim- bolkan dengan angka-angka.
Dalam mistik shufi dan perdukunan yang menisbatkan diri nya kepada Islam – padahal bertentangan dengan Islam – kita sering melihat para dukun atau syeikh shufi membuat rajah atau jimat dengan kode-kode tertentu yang tidak dapat dimengerti oleh ma-nusia. Tulisan dan kode-kode jimat atau rajah tersebut didominasi oleh angka-angka dan huruf-huruf, dan kebanyakannya disusun dalam bentuk bangun segi-segi khusus dengan sudut tertentu. Me reka meyakininya sebagai pelindung, penolak bala’, pembawa reje ki, penjamin keselamatan. Inilah pemujaan kepada angka-angka !
Semua yang mereka lakukan itu adalah kebodohan dan per buatan syirik, karena mereka telah meyakini bahwa ada selain Alloh yang mampu mengatur alam ini, mengatur mujur dan sial- nya sesuatu. Padahal Alloh Ta’ala telah berfirman :
أَلاَ إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللهِ وَ لَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ
“ Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka hanya datang dari si-si Alloh, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
[ Qs. Al-A’rof : 131 ]
وَ إِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍِّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ , وَ إِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Bila Alloh menghendaki menimpakan kemudhorotan kepadamu maka tidak akan ada yang mampu menghilangkannya kecuali Dia dan bila Dia menghendaki memberikan kebaikan kepadamu ma-ka Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [ Qs. Al-An’am : 17 ]
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata dalam do’anya :
اَللَّهُمَّ لاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ , وَ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ , وَ لاَ إلـهَ غَيْرُكَ
“ Ya Alloh tidak ada kesialan kecuali kesialan yang berasal dari-Mu, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang berasal dari-Mu dan tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Eng-kau.” [ HSR. Ahmad dan Ibnus-Sunni ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous