Sabtu, 17 Juli 2010

PENGHINAAN QODARIYYAH DAN JABARIYYAH TERHADAP ALLAH ‘AZZA WA JALLA

Aliran Qodariyyah adalah sebuah aliran sesat yang memiliki ciri khas pemahaman mengingkari adanya taqdir. Menurut Qodariyyah, selu-ruh kejadian di alam semesta ini terjadi dengan sendirinya sesuai kemau-an para pelakunya, tidak terikat sama sekali dengan taqdir Alloh.
Aliran Qodariyyah dicetuskan oleh Ma’bad bin Kholid Al-Juhani yang berasal dari Bashroh. Al-Imam Al-Auza’i berkata : “Orang yang per tama kali berbicara tentang Qodar adalah seorang penduduk Iraq yang di-panggil dengan nama Susan, dia adalah seorang Nashrani, kemudian ma-suk Islam, lalu kembali lagi menjadi Nashrani. Ma’bad Al-Juhani me- ngambil pemahaman ini darinya. Kemudian Ghoilan mengambilnya dari Ma’bad.”
Keberadaan Ma’bad Al-Juhani di Bashroh yang gencar menyebar kan pemahaman sesatnya ini menjadikan Al-Hasan Al-Bashri bangkit memperingatkan umat dari bahayanya, dia berkata : “Jangan kalian ber-majlis dengan Ma’bad, sesungguhnya dia sesat dan menyesatkan !”
Akhirnya Ma’bad Al-Juhani dibunuh oleh Al-Hajjaj, seorang gu-bernur dari Bani Umayyah yang terkenal sadis dan berdarah dingin.
Prinsip utama aliran Qodariyyah yaitu menolak keberadaan taqdir dan prinsip ini berakar dari pemahaman yang jelek terhadap Alloh ta’ala. Dalam pemahaman Qodariyyah diyakini bahwa setelah Alloh mencipta-kan alam semesta, Alloh tidak lagi kuasa mengendalikan alam semesta. Alam semesta ini berjalan menurut kemauannya sendiri. Kemudian pengi kut aliran Qodariyyah berselisih faham seputar hal ini dalam beberapa pendapat, yaitu :
? Ada segolongan penganut Qodariyyah yang meyakini bahwa kebai-kan berasal dari Alloh ta’ala, sementara keburukan hanya berasal da-ri diri pelakunya sendiri. Pemahaman ini sama dengan menganggap adanya dua pencipta yaitu pencipta kebaikan yaitu Alloh dan pencipta keburukan yaitu diri manusia sendiri. Padahal seluruh apa yang ada dan terjadi di alam ini hanyalah ciptaan Alloh ta’ala Pencipta satu-sa tunya. Dengan demikian, pemahaman ini sama saja menganggap Alloh memiliki saingan dalam mencipta, dan sama dengan mengang-gap Alloh tidak sempurna.
? Ada segolongan yang lainnya dari pengikut aliran Qodariyyah yang meyakini bahwa semua kebaikan dan keburukan adalah ciptaan pela-ku sendiri, dan Alloh tidak kuasa menciptakan apa pun dari kebaikan atau keburukan makhluk-Nya. Pemahaman ini sama dengan meyakini adanya dua pencipta pula, yaitu Alloh sebagai Pencipta alam semesta, dan makhluk adalah pencipta perbuatannya sendiri, yang baik mau-pun yang buruk. Pemahaman demikian sebenarnya sama dengan me-nganggap Alloh lemah, tidak mampu mengatur alam semesta yang te-lah Dia ciptakan.
? Segolongan penganut pemahaman Qodariyyah yang lainnya berpen-dapat bahwa setelah Alloh menciptakan makhluk, lalu Alloh mencip-takan kemampuan pada makhluk untuk berbuat sesuai kemauannya tanpa ada pengaturan lagi dari sisi Alloh. Pemahaman ini sama de-ngan meyakini bahwa setelah menciptakan alam semesta maka Alloh menganggur, tidak berbuat apa pun selain menonton kejadian yang terjadi di alam semesta.
Secara umum, seluruh sekte aliran Qodariyyah meyakini bahwa Alloh memiliki kekurangan dalam kekuasaannya, yaitu ketidakmampuan meng-atur alam secara mutlak. Karena makhluk menurut keyakinan kaum Qoda riyyah lebih kuasa mengatur dirinya daripada Alloh ta’ala.
Aliran Mu’tazilah yang juga mengadopsi faham Qodariyyah mem persamakan Alloh dalam kekuasaannya seperti Raja Konstitusional, yaitu seorang raja yang kekuasaannya dibatasi oleh undang-undang. Sehingga kekuasaan Alloh tidak lagi mutlak, alias ada kelemahan di beberapa sisi.
Pemahaman yang cenderung menghina Alloh Yang Maha Kuasa tersebut, menggiring aliran Qodariyyah meyakini bahwa ilmu Alloh pun tidak sempurna. Dalam keyakinan kaum Qodariyyah disebutkan bahwa Alloh tidak mengetahui suatu kejadian sebelum terjadinya. Bahkan seba-gian mereka sependapat dengan kaum filsafat bahwa Alloh tidak mengeta hui perihal kejadian yang rinci yang ada di alam semesta.
Demikian pemahaman Qodariyyah yang dengan disadari atau pun tidak oleh pengikutnya, mereka telah menghina Alloh ta’ala.
Ada pun kebalikan dari aliran Qodariyyah adalah aliran Jabariy- yah yang dicetuskan oleh Al-Jahm bin Sofwan. Aliran ini menetapkan ke beradaan taqdir namun secara berlebih-lebihan, yaitu mengatakan bahwa semua kejadian di alam ini adalah perbuatan Alloh. Sehingga dalam keya kinan mereka, manusia hanyalah golekan atau wayang yang dikendalikan oleh dalangnya. Kebaikan maupun keburukanyang dilakukan oleh gole- kan atau wayang tersebut pada hakekatnya adalah Alloh pelakunya. Se-hingga mereka menyatakan : ”Jangan kamu puji orang yang berbuat ke-baikan karena sesungguhnya yang berbuat kebaikan hanyalah Alloh sema ta ! Dan jangan kami cela orang yang berbuat kejelekan karena sebenar- nya yang berbuat kejelekan itu hanyalah Alloh !” Perhatikan, betapa peng hinaan aliran Jabariyyah ini terhadap Alloh !
Dalam pemahaman Jabariyyah disebutkan bahwa seluruh manu-sia dalam keta’atan kepada Alloh, yaitu keta’atan kepada taqdir Alloh. Se hingga dalam kaca mata orang Jabariyyah, seorang yang mencuri, berzi-na, berjudi dan melakukan berbagai kemaksiatan lainnya pun sedang me-lakukan keta’atan kepada Alloh, yaitu sedang melaksanakan kepatuhan kepada kehendak Alloh. Bahkan orang yang melakukan kesyirikan dan kekafiran pun dalam rangka ta’at kepada kehendak Alloh. Sehingga defi-nisi Iman menurut aliran Jabariyyah adalah cukup hanya dengan menge-nal Alloh sebagai Tuhan semesta alam.
Kita dapat menimbang di sini bahwa aliran Qodariyyah sesat kare na berlebihan menetapkan adanya ikhtiar pada manusia hingga menolak keberadaan taqdir Alloh, sementara aliran Jabariyyah sesat karena berlebi han menetapkan taqdir sampai meniadakan adanya ikhtiar pada manusia. Ada pun Ahlus Sunnah wal-Jama’ah yang mengikuti pemahaman para as Salafush-Sholih beriman dengan taqdir tanpa mengingkari adanya ikhtiar
Bila aliran Qodariyyah menghina Alloh dengan tidak mengakui kekuasaan dan ilmu Alloh yang mutlak, maka aliran Jabariyyah menetap-kan kekuasaan dan ilmu Alloh yang mutlak secara berlebihan tidak pada arah yang semestinya, sehingga berujung pula kepada penghinaan terha-dap Alloh ta’ala. Sementara itu Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah As-Salafiy-yun menetapkan kehendak dan ilmu Alloh secara mutlak, namun tetap pa da arah yang semestinya, tidak berlebih-lebihan.
Pemahaman sesat aliran Qodariyyah kemudian diadopsi oleh ali-ran Mu’tazilah dan ’Aqlaniyyah ( kaum rasionalis ). Lantas mereka bersi-keras untuk menghapus Rukun Iman yang keenam, yaitu Iman kepada Taqdir. Mereka menuding beriman kepada taqdir menyebabkan kemundu ran umat Islam. Golongan Maturidiyyah aliran Samarkand juga cende-rung kepada pemahaman Qodariyyah.
Sementara pemahaman Jabariyyah banyak diadopsi oleh berbagai Thoreqot Shufiyyah. Bahkan pemahaman yang lebih ekstrim lagi dimun-culkan oleh Ibnu ’Arobi As-Shufi dengan pemahaman Wihdatul-Wujud yang lebih kafir daripada kekafiran agama Yahudi dan Nashrani. Bebera-pa golongan lainnya, seperti Asy’ariyyah dan Maturidiyyah aliran Bukho ro cenderung pula kepada pemahaman Jabariyyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous