Sabtu, 17 Juli 2010

PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI BAG II

PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI
[ Bagian Kedua ]

Ketika Alloh ta’ala menciptakan langit, Alloh pun meng hiasi langit dunia dengan bintang-bintang, sebagaimana firman Alloh ta’ala :
وَ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ وَ حِفْظًا , ذَلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ
“Dan Kami telah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang sebagai lentera dan penjagaan, yang demikian adalah ketentuan dari Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” ( Qs. Fushshilat : `12 )
Dalam ayat yang lain Alloh Ta’ala berfirman :
وَ لَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ وَ جَعَلْنَاهَا رُجُوْمًا لِلشَّيَاطِيْنِ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit dunia dengan lente- ra bintang-bintang dan Kami telah menjadikannya sebagai alat-alat untuk melempar syetan.” ( Qs. Al-Mulk : 5 )
Ayat-ayat ini dan yang semisalnya mengisyaratkan akan luasnya alam raya ciptaan Alloh. Teropong tercanggih yang dimiliki oleh manusia masih belum mampu melampaui berjuta gugusan bintang dan galaxy di langit dunia, padahal selama kita masih menjumpai adanya bintang berarti kita masih berada di kolong langit dunia.
Imam Qotadah, seorang ahli tafsir dari kalangan ulama tabi’in berkata :
خَلَقَ اللهُ هَذِهِ النُّجُوْمَ لِثَلاَثٍ : زِيْنَةً لِلسَّمَاءِ وَ رُجُوْمًا لِلشَّيَاطِيْنِ وَ عَلاَمَاتٍ يُهْتَدَى بِهَا . فَمَنْ تَأَوَّلَ فِيْهَا غَيْرَ ذَلِكَ أَخْطَأَ وَ أَضَاعَ نَصِيْبَهُ وَ كَلَّفَ مَا لاَ عِلْمَ لَهُ بِهِ
“Alloh telah menciptakan bintang-bintang ini untuk tiga perkara, yaitu sebagai hiasan langit, sebagai alat melempar syetan, dan sebagai tanda petunjuk jalan. Barangsiapa yang memalingkan kepada selain itu, ber- arti ia telah keliru dan menyia-nyiakan bagian nasibnya serta membe-bani dirinya pada apa yang ia tidak memiliki ilmu tentangnya.”
Demikianlah, sehingga tidak boleh menjadikan bintang sebagai penen tu nasib, sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli nujum, ahli astro- logi, dan orang-orang yang mempercayai ramalan bintang. Mereka adalah orang-orang yang dungu, karena menyerahkan nasibnya kepa- da bintang yang merupakan benda mati sebagaimana yang kita keta-hui bersama. Bahkan ketololan tersebut semakin bertambah parah keti ka mereka meyakini akan terkabulnya permintaan bila disebutkan keti ka melihat bintang jatuh atau meteor. Padahal bintang jatuh atau me-teor itu sebenarnya adalah bintang yang dilempar oleh malaikat yang sedang mengejar syetan yang ketahuan sedang mencuri berita dari la- ngit. Sehingga meminta kepada bintang jatuh pada hakekatnya adalah meminta kepada syetan yang sedang dikejar oleh bintang atau meteor. Bukankah tolol orang yang melakukan perbuatan itu ?
Setelah Alloh ta’ala menciptakan bumi sebagai pondasi dalam 2 hari dan telah menciptakan langit beserta bintang-bintang di angkasa dalam 2 hari, kemudian Alloh menghamparkan bumi, dengan menge- luarkan air dari bumi sehingga menjadi lautan, danau dan sungai, juga menjadikan gunung, bukit dan lembah. Tanam-tanaman pun mulai tumbuh. Semuanya berjalan dalam waktu 2 hari. Alloh  berfirman :
وَ جَعَلَ فِِيْهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَ بَارَكَ فِيْهَا وَ قَدَّرَ فِيْهَا أَقْوَاتَهَا فِيْ أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِيْنَ
“Dan Dia menjadikan di atas bumi gunung-gunung, Dia member- kahinya serta menentukan pula kadar makanan para penghuninya, yang kesemua proses penciptaan bumi berlangsung selama 4 hari, de-mikianlah jawaban bagi orang-orang yang bertanya.”
( Qs. Fushshilat : 10 )
yaitu proses penciptaan bumi secara keseluruhan adalah 4 hari dengan perincian :
2 hari sebelum penciptaan langit dan 2 hari setelah penciptaan langit. Proses penciptaan bumi pasca penciptaan langit digambar kan dalam ayat yang lain :
أَ أَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ ؟ بَنَاهَا . رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا , وَ أَغْطَشَ لَيْلَهَا وَ أَخْرَجَ ضُحَاهَا , وَ الأَرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا , أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَ مَرْعَاهَا , وَ الْجِبَالَ أَرْسَاهَا , مَتَاعًا لَكُمْ وَ ِلأَنْعَامِكُنمْ
“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit ? Padahal Dia-lah Yang telah membangun langit. Dia meninggi- kan bangunannya dan menyempurnakannya. Dia pun menjadi- kan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang ben derang. Setelah itu, Dia menghamparkan bumi, Dia keluarkan air dan tumbuh-tumbuhan dan Dia pancangkan gunung-gunung. Semua itu untuk kesenanganmu dan hewan-hewan ternakmu.”
( Qs. An-Nazi’at : 27 – 33 )
Ayat-ayat tersebut memberitakan kepada kita tentang peristiwa penghamparan bumi dan penciptaan segala macam bentuk yang nantinya bakal dibutuhkan oleh para penghuninya.
Inilah proses yang benar. Sedangkan proses yang diceritakan di dalam Bible dalam Kitab Kejadian adalah tidak benar dan terbo- lak-balik, selain itu juga tidak dapat diterima oleh akal sehat. Ba gaimana mungkin ada tanaman, ada malam dan siang, dan seba-gainya sementara matahari dan bintang-bintang belum tercipta ? Inilah di antara contoh penyimpangan dalam Bible yang selain bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits yang shohih, juga tidak dapat diterima oleh akal yang sehat.
Di antara hikmah dari kisah-kisah ini yaitu :
1. Semua ciptaan Alloh  diciptakan dengan suatu tujuan yang jelas, bukan sekedar iseng atau main-main.
2. Bintang-bintang di langit selain sebagai hiasan langit, juga sebagai alat untuk merajam syetan yang sedang men curi berita dari langit.
3. Dibolehkan mengambil petunjuk jalan dengan melihat ke pada posisi rasi-rasi bintang di langit.
4. Betapa Alloh Maha Pengasih, sehingga sebelum menciptakan makhluk yang akan menghuni bumi, terlebih dahulu Dia men- ciptakan segala sesuatu yang pasti akan dibutuhkan oleh peng-huninya kelak.
5. Dalam kisah ini dapat difahami bahwa tumbuhan lebih dahulu tercipta dan menghuni bumi sebelum hewan, jin dan manusia.
6. Dalam menerima kabar isroiliyyat kita perlu hati-hati. Setiap kabar isroiliyyat yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits maka kita boleh mengambilnya. Sedangkan yang bertentangan wajib untuk ditolak karena telah pasti kepalsuannya sebagaima na cerita-cerita dalam Bible. Sementara yang tidak bertenta- ngan namun tidak pula dibenarkan oleh Al-Qur’an dan Al-Ha- dits, maka wajib untuk tawaqquf atau bersikap diam, tidak me- ngimani, tetapi juga tidak mengingkari. Karena kadar kemung- kinan benar dan salahnya sama. Dengan demikian kita akan se lamat dari membenarkan kedustaan atau pun mendustakan ke- benaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MOhon Commentx ,,,,, apabila tidak memiliki email atau web ...anda bisa memilih beri komentar sebagai Anonymous